Friday, February 17, 2012

Uwais Al-Qorni



TERKENAL DI LANGIT, TIDAK TERKENAL DI BUMI

Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit.

Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justeru dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata Allah memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan syurga tak ada yang ketinggalan kerananya. Dia adalah “Uwais al-Qarni”
.
dia tak dikenal ramai orang dan juga miskin, banyak orang suka mentertawakan, mengejek, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan yang lain. Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, kerana ingin duduk bersamanya, dia telah menghadiahkan Uwais sepasang pakaian.  dengan lembut tutur katanya, Uwais menolak pemberian tersebut lalu kembalikan kepada tuan empunya hadia seraya berkata :

“Aku khawatir, nanti sebahagian orang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri”.

Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tidak memiliki sanak saudara yang lain kecuali hanya ibunya yang telah tua dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya seharian, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekadar menampung harinya  bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya. Kesibukannya sebagai penggembala kambing dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, dia tetap melaksanakan puasa disiang hari dan bermunajat di malam harinya.

Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, dia segera memeluknya, kerana selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran. Ramai jirannya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam. Alangkah sedihnya hati Uwais setiap kali melihat mereka yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang dia sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah dayanya yang tidak punya bekalan yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih dia risaukan adalah sang ibu yang jika dia pergi, tidak ada yang menjaganya.

Pada suatu hari, ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah kerana dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Mendengar sahaja khabar tersebut, Uwais dengan segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya.

Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuatkan hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, bilakah masanya dia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah baginda dari dekat? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat memerlukan dirinya dan dia tidak sanggup meninggalkannya sendiri, hatinya sentiasa gelisah siang dan malam kerana menahan kerinduan untuk berjumpa kekasih Allah itu.

Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, meluahkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memahami perasaan Uwais, dan berkata :

“Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”.

Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tidak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ketiadaanya. Usai meminta izin sambil mencium sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, dia tidak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya.

Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera dia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tapi, bilakah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,
” Engkau harus lekas pulang”.

Kerana ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan keinginannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Uwais akhirnya dengan terpaksa mohon pulang kepada sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya meninggalkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan haru.

pulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. dia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rosulullah SAW, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun. Menurut maklumat sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, kerana ibunya sudah tua dan sakit sehingga dia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.

Rasulullah SAW bersabda :

“Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.”

Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada sayyidina Ali k.w. dan sayyidina Umar r.a. dan bersabda :

“Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.

Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah di estafetkan Khalifah Umar r.a.

Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua terus menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah dia turut bersama mereka. Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa hairan, apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai dia dicari oleh beliau berdua. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.

Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa dia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan solat. Setelah mengakhiri solatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar ! Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut,


siapakah nama saudara ? “Abdullah”, jawab Uwais. Mendengar jawaban
itu, kedua sahabat pun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?” Uwais kemudian berkata:

“Nama saya Uwais al-Qorni”.

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, dia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendo’akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah:

“Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian”. Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata: “Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”.

Kerana desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan wang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata :

“Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi”.

Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh Uwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin taufan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat. Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan solat di atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu.

“Wahai waliyullah,” Tolonglah kami !” tetapi lelaki itu tidak menoleh.

Lalu kami berseru lagi,” Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!”Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata:

“Apa yang terjadi ?”
“Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak ?”tanya kami. “Dekatkanlah diri kalian pada Allah ! “katanya.
“Kami telah melakukannya.”
“Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim!” Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata pada kami:
”Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat”.
“Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? “Tanya kami.
“Uwais al-Qorni”. Jawabnya dengan singkat.
Kemudian kami berkata lagi kepadanya,
“Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir.”
Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?” tanyanya.
”Ya,”jawab kami.
Orang itu pun melaksanakan solat dua rakaat di atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bahagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal.



Beberapa waktu kemudian, tersiar berita bahawa Uwais al-Qorni telah pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah ramai orang yang berebut untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan:
“ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya untuk memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan sayyidina Umar r.a.)

Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat menghairankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal datang untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak dia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya :

“Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala kambing dan unta ?

Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya.

itulah mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa “Uwais al-Qorni” ternyata dia tak terkenal di bumi tapi terkenal di langit.

http://fisan.wordpress.com/2007/03/18/uwais-alqarni-terkenal-di-langit-tak-terkenal-di-bumi/

Thursday, February 16, 2012

kebahagiaan fana @ hakiki


bismillahirrahmanirrahim

assalamualaikum

Ermmm…aq tengok bnyak post dan komen kat mukabuku ni…kata mereka semua nya melibatkan pasangan…atau mudah di panggil COUPLE…huh…aq letih la dengan perkataan ni…tapi nak buat mcm mn…berlaku d sekeliling ku sudah…ada kat fb 2 dorg ni post la mcm2…ssh nak cari pasngan yang setia…ada juga yang memberontak menyalahkan antara satu sama lain…saling menuduh la…lepas 2 keluar la plak kata2 sekat berbaur dendam…ada juga yang kecewa…fuh ayat dya..bermadah sungguh puitis… “aq rela menunggumu walau seribu tahun lagi”…wuueeekkkk…rasa nak termuntah jak….

Hai..kenapa la nak di pikiaq semua 2…x ka sia2??…aq paling x suka lau yang ckap mcm 2 org islam…tp mostly yang buat semua 2 mengaku islam…

Kenapa islam di buang mcm 2?? Kenapa islam ditinggalkan untuk satu kebahgian yang x pasti?? Dn yang paling rugi itu adalah kebahgiaan palsu yang mereka cipta sendiri…aduhai ummah…apa kan jadi la kita sekarng…islam di robek2 oleh penganutnya sendiri…salah siapa???? Jangan cuba2 nak menunding jari pada siapa2…lihat diri 2 dulu…betul ke x?? waras ka tidak?? Kalau bukan diri 2 yang bertindak siapa lagi…kalau bukan di sni dimana lagi??? Kalau bukan hari ini, bila lagi??

Namun persoalan itu pasti menemui jawapannya iaitu NANTI..jawapan pasti bagi mereka yang anggap hukum Allah itu satu permainan…na’udzubillah minzalik

hindarilah perkataan NANTI kelak akan terbit penyesalan..

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (al-a’araf 7:172)

Hatta assignment pun mereka suka menangguh2…apatah lagi perintah Allah Azza Wajallah…sifat amanah 2 da terhakis dalam diri…mana perginya janji yang mereka taburkan untuk Allah…hilang di bawa arus zaman..

Alahai…jawapan yang pasti hanya mereka sendiri yang bisa menjawabnya…bagi ayat ku yang pertama…ingatlah…jdoh ketentuan Allah…kalau nak pasangan yang setia..cari la Allah…burulah kasih Rasulullah…hanya Allah dan rasulNya sebaik-baik kekasih. .tiada yang lain….fikirlah kalian dengan akal yang masih sihat itu…apa yang kalian buat, pasti kalian dapat hasilnya…sama ada manfaat atau musibahnya….hanya Allah yang MAHA MENGETAHUI


Mengapa mendamba kasih manusia bila hati masih ketandusan cinta Allah dan RasulNya
Mengapa mengejar cinta dunia sedangkan kalian sudah ketinggalan cinta ukhrawi yang abadi
Mengapa mencari insan berakhlak mulia padahal diri jauh dari iman dan islam…

Kembalikanlah diri kalian pada yang HAQ..pintu taubat pasti sedia terbuka..marilah kita bersama memburu kasih Allah dan menanam cinta serta akhlak Rasulullah dalam jiwa agar roh kembali bertenaga untuk menyahut jihad fisabilillah…

“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu , dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong” (al-hajj 22:78)

“Bersama kita bermusahabah diri”

Sunday, February 12, 2012

pohon semalu, apa kaitannya dengan kita??

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Salam kasih, salam sayang dan salam ukhuwah… semoga pertalian yang terikat berada di bawah lindungan payung keredhaan dan rahmat Allah swt…

Entry kali ni aku nak cter sal “pohon semalu”


Pohon semalu buka hanya pokok semata-mata, malah ia ada kaitan yang jelas, kuat dan berguna pada manusia seluruhnya tp yang paling utama adalah pada umat islam itu sendiri.
Jom kita korek rahsia pohon semalu ini, apa ikatannya pada kita???
Pohon semalu, pohon yang pantang disentuh pasti menunuduk sopan, tapi durinya tetap tajam berceracakan..

Pasti ada yang bertanya:
“tapi, pohon semalu tumbuh melata atas tanah, susah nak main bola. Biasanya ia tumbuh di tengah padang…” pasti itu kata si anak muda yang cenderung pada bola.

Cuba kita bawa minda kita sejenak ke padang bola. Susah nak Nampak pohon semalu kat situ. itu mungkin berdasarkan observation sesetengah individu. Cuba lihat namanya, pohon semalu kan pemalu, ia tidak akan hidup lama ditempat banyak kaki berpijak sebaliknya ia akan cari pinggir yang tersembunyi dan jarang-jarang dipijak orang untuk tumbuh subur. Takkan menyusahkan orang insyaAllah.

Pasti ada juga yang berfikir, kenapa pohon semalu sering dibuang orang??...contohnya yang selalu tumbuh kat halaman rumah…ada jak tumbuh pasti dibuang serta merta
Soalan pasti memerlukan jawapan dan hujah kan, dan hujahnya:

apa nak hairan jika sesuatu itu kelihatan terbuang??. Lihat Rasulullah s.a.w, kerana islam, Baginda terbuang dan dimusuhi. Namun, andai ada seorang yang membuang baginda, berpuluh-puluh yang lain menyayanginya. Kenapa??, kerana baginda di bela Allah, tidak pernah terbuang pada pandanganNya, tetap istimewa dihati pencinta Allah dan RasulNya. Pandangan Allah paling utama bukan pandangan manusia..

iktibarnya, biarlah semua manusia membuang kita asalkan kita tetap berjaya pada pandangan Allah Azza Wajalla. Kita hidup pada akhir zaman, islam kembali dagang seperti zaman Rasulullah saw mula-mula nak bawa islam. Oleh itu, tidak hairanlah kebenaran sering nampak terbuang dan terasing. Islam dagang buat kali kedua dan yang kali pertama telah dilalui oleh Rasulullah…
Pohon semalu memang pemalu..sifat malu melambangkan keindahan dan kemuliaan wanita bermaruah. Hakikatnya, malu bukan hanya untuk wanita tapi untuk lelaki juga. Bukankah sifat pemalu ada dalam diri Rasulullah??

Daripada sa’id Al-Khudri katanya:

“baginda Rasulullah adalah seorang yang sangat pemalu lebih daripada seorang dara dalam kelubungnya dan apabila melihat sesuatu yang tidak disukai Baginda, nescaya kami dapat camkan yang demikian itu daripada wajah Baginda..” (hadis riwayat ibnu Hibban)
Malu juga melambangkan nilai keimanan dan kesusilaan

Sabda Rasulullah saw yang bermaksud:

“malu dan iman itu adalah teman seiring jalan. Jika yang satu diangkat nescaya terangkat pula yang satu lagi…” (hadis riwayat Al-Baihaqi)

Dalam hadis yang lain, Baginda bersabda:

“sesungguhnya bagi tiap-tiap agama itu ada cirri-ciri kesusilaan maka untuk islam ialah sifat malu..”

Timbul persoalan seperti anak kecil yang kebingungan…

“..Tapi cikgu selalu berpesan, jangan malu bertanya dalam kelas…ada juga peribahasa yang mengatakan malu bertanya sesat jalan…kenapa macam itu??...”

Perlulah difahami, kita tidak perlu malu dalam menuntut ilmu dan menegakkan kebenaran Allah. Malu yang dimaksudkan adalah malu bertempat. Malu untuk menjadi wanita yang rosak akhlaknya iaitu yang hanya pandai menggoda lelaki yang bukan mahramnya. Selain itu, malu untuk melakukan maksiat. Pendek kata, malu pada Allah dan Rasul untuk mengingkari perintahNya dan melakukan laranganNya.

Bagi si pohon semalu, bersama sifat al-hayanya, ada duri yang tajam berbisa. Duri di sini merupakan simbolik untuk sebuah perjuangan yang lahir daripada iman. Duri itu ibarat senjata yang mahu meruntuhkan semua kemungkaran yang ada. Itulah senjata buat seorang mujahid dan mujahidah.
Pohon semalu juga mengeluarkan bunga ungu yang cantik. Begitulah juga wawasan seorang dai’e, dia ingin menghiasi alam dengan haruman bunga-bungaan akhlak yang cantik menawan.

Selain itu, dedaun yang hijau pada pohon semalu sangat erat pertaliannya antara satu sama lain. Apabila sehelai daun disentuh, daun-daun di tepinya akan turut tertutup malu. Tindakbalas daun-daun itu lambang persaudaraan dan kasih saying. Begitulah seorang mujahid dan mujahidah, dia perlu memandang semua orang dengan kaca mata dakwah untuk membawa seseorang itu mencintai Allah dan RasulNya.

Indahnya jika dapat membawa seseorang rasa bahagia dengan cara hidup islam yang sebenar. Kerja ini sepatutnya terpikul pada semua orang yang mengaku beriman.
Moga Allah sudi memilih kita semua untuk memikul tugas berat ini…

Serangkap hadis Rasulullah yang cukup indah sebagai pengakhir kalam
Maksudnya:
“malu itu baik semuanya..” (hadis riwayat Bukhari)

{elya khadeeja}